KABAR PROBOLINGGO : Serda Edi dan Kopka Saiful Berkreasi buat rumah Burung Hantu
Probolinggo, MA – Seribu macam masalah maka sejuta pemecahan bisa dilakukan. Agak berlebihan, namun untuk menunjukan suatu kreativitas di bidang pertanian dalam penanggulangan hama tikus. Selama ini dengab cara pengasapan dan dilakukan perburuan, atau dengan memasang jerat, atau dengan memancingnya agar makan tuba.
Namun, berbekal pelatihan yang pernah diterimanya di Kota Malang, Serda Edi S dan Kopka Saiful anggota Koramil 0820-15/Pajarakan coba berkreasi mempraktekan ilmu. Bagaimana menanggulangi hama dengan cara alami. Pada saat itu, diajari bagaimana untuk memikat serangga sebagai hama agar terjerat dalam suatu bejana. Kali ini yang dipraktekan adalah dengan membuat sarang burung hantu untuk memangsa tikus, sebagai hama padi. Sebelum dikerjakan ide ini, telah melalui beberapa kali diskusi termasuk pengamatan. Bagaimana burung hantu itu ada di wilayahnya dan bagaimana pula dengan hamanya. Mungkin jenis burung hantu yang ada di Pajarakan tidak makan tikus, dan banyak lagi yang didiskusikan diantara kedua Babinsa tersebut dengan PPL di Desa Pajarakan Kulon.
Kelompok tani juga dilibatkan. Diberi pemahaman dan rencana pemasangan sarang burung hantu di areal kelompok taninya. Hasil pengamatan yang intens atas keberadaan burung hantu di Desa Pajarakan Kulon dan pembuatan sarang burung juga sudah dikerjakan, tinggal waktunya, tepat hari ini, Sabtu 23-02-19, potongan potongan kecil dibawa ke sawah dan dirangkai pada tempat yang dirasa cocok. “Sekedar coba-coba sekaligus praktekan ilmu, semoga bermanfaat dan benar hasil pengamatan selama ini, ucap Serda Edi.
Bila dilihat nyatanya, bahwa dalam ekosistem maka banyak komunitas yang saling bergantung satu sama lain membentuk jaring atau rantai makanan. Satu komunitas terganggu maka akan ada ketidakseimbangan dalam rantai makanan di satu ekosistem tersebut. Sehingga, dengan menyiapkan sarang dan berharap burung hantu mau bersarang ditempat itu, yang notabene masih ada di Desa Pajarakan Kulon, maka akan menjadi predator bagi tikus sebagai rangkaian dari rantai makanan yang ada.
Harapannya, dengan tanah yang tidak selalu dicekoki dengan racun maka tingkat kejenuhan tanah akan selalu seimbang (Ph normal) atau hama tikusnya yang selalu diracuni dengan pestisida mengalami kekebalan tubuh yang setiap saat harus bertambah dosisnya sedangkan media hidupnya tetap saja sawah milik petani yang harus selalu dijaga kesuburan tanahnya. Atas pola ini, kedepan banyak kreasi-kreasi baru yang sifatnya alami tanpa mengganggu keseimbangan alam.(Pu2t)
Reporter : Mahfudz
Editor : Senopati