Pagar Pembatas Jembatan Kaca Di Burake Terancam Dibongkar
TANA TORAJA, MA – Objek wisata burake di Tana Toraja yang merupakan ikon wisata religi penghasil PAD yang tinggi dari sekian banyak objek wisata di Toraja.
Namun tak diduga selain masalah keretakan kaca sampai persoalan toilet yang selama ini menjadi polemik, ternyata masih menyimpan permasalahan salah satu pekerjaan pada penunjang jembatan kaca.
Pasalnya, salah satu komponen penunjang jembatan kaca tersebut yakni pagar minimalis sebagai pembatas dan pintu masuk jembatan kaca terkuak sampai kini belum dibayarkan secara tuntas.
Hal ini mulai diketahui ketika pembuat pagar minimalis pembatas jembatan kaca tersebut menghubungi media-abpedsi.com dan membeberkan semua kejadian atau persoalan yang dialaminya karena akibat dari belum dibayarkannya akan pengerjaan pagar pembatas jembatan kaca di objek wisata burake.
“Usaha kami sekarang ini jadi mandek dan belum bisa menuntaskan pesanan pembuatan pagar dari para pemesan berhubung toko yang menjadi langganan selama ini, enggan melayani pengambilan bahan karena bahan yang digunakan di pekerjaan pagar minimalis jembatan kaca burake belum dilunasi”, ungkap bapak Liso’, Minggu (4/8/2019).
Bapak Liso’ selaku kepala bengkel Damar yang berada di kalaulu kabupaten Toraja Utara ini pun mengatakan bahwa akan berencana membongkar kembali pagar yang telah di pasangnya di bulan Desember tahun 2018.
Menurutnya, mending dibongkar saja untuk di timbang dan dijual ke pemulung daripada tidak ada kejelasan pasti akan penyelaian pembayaran dari pengerjaan pagar tersebut.
“Kalau begini persoalannya maka mending kami bongkar saja untuk kami jual ke penimbang besi untuk menutupi kerugian yang kini melilit usaha kami, seperti gaji para pekerja dan hutang pembelian bahan toko langganan”, beber bapak Liso’ yang akrab dipanggil papa Damar ini.
Lebih jauh bapak Liso’ mengungkapkan jika proses penyelesaian pengerjaan pagar pengaman jembatan kaca burake dikerjakan selama kurang lebih 2 Minggu secara lembur dikarenakan desakan dinas PU melalui kontraktor bernama Tigon yang bertindak sebagai pelaksana pekerjaan tersebut dengan menggunakan CV. Lintas Mandiri.
‘Saat itu kami di desak untuk bisa secepatnya di selesaikan pagar pembatas jembatan kaca karena lokasi objek wisata burake akan dikunjungi oleh presiden RI Jokowi saat Desember lalu. Namun hingga saat ini saya bingung apakah benar anggaran belum keluar dari pemda ataukah sudah keluar, karena akhir ini Tigon sebagai pelaksana proyek dari CV Lintas Mandiri tidak bisa lagi dihubungi”, tandas bapak Liso’.
Dikesempatan yang sama, Andarias selaku Dewan Penasehat Gerakan Solidaritas Mahasiswa Toraja yang juga adalah anak kandung pak Liso, mengungkapkan rasa kekecewaanya karena telah mengkonfirmasi ke dinas PU namun jawaban dari dinas terkait bahwa tidak ada uang dan belum di bayar ke kontraktor.
“Ini mengherankan sekali jika jawaban dinas PU katakan bahwa tidak ada uang, padahal ini pekerjaan tahun lalu dan di satu sisi pekerjaan tahun 2019 kok ada uang untuk dibayarkan proses pekerjaannya”, tukas Andarias.
Aneh sekali persoalan seperti ini, yang mana dalam pengelolaan anggaran secara transparan dan akuntabilitas semestinya setiap pekerjaan proyek yang tidak tuntas pembayarannya namun pekerjaan sudah tuntas, maka itu seharusnya terposting dalam pembahasan dan penyusunan anggaran APBD tahun 2019 sebagai terhutang ataupun hutang tahun 2018 yang harus di bayarkan.
Selain itu PAD dari objek wisata burake secara keseluruhan diketahui sangat besar namun penyelesaian pembayaran pengerjaan pembuatan pagar pembatas jembatan kaca yang masih menyisakan 51 JT rupiah sudah tidak bisa di tuntaskan dan bagaimana mau selesaikan hutang yang anggaran lebih besar.
(Wid)